Pemain Film Bokep Jepang Terbaik dan Tercantik


CeritaSange - Industri film porno sangat menjamur di Jepang sehingga banyak gadis-gadis remaja yang terjun ke industri ini agar cepat terkenal. Selain karena uang yang berlimpah mereka juga melakukan ini karena ingin mendapat popularitas dalam sekejap. Wajah mereka padahal diatas rata-rata dan harusnya tanpa terjun di industri inipun mungkin mereka juga dapat menjadi terkenal dengan cara yang lebih bergengsi. Mungkin anda akan tercengang dan tidak percaya melihat wajah-wajah mereka yang innocent tetapi malah terjun ke industri film biru. Mari kita lihat berdasarkan urutannya dan kita mulai dari urutan ke 20

1. Maria Ozawa



2. Sara Tsukigami


3. Haruna Yabuki


4. Saki Seto


5. Hime Kamiya


6. Reon Kadena 


7. Mihiro Taniguchi


8. Sora Aoi


9. Shiori Yokoi


10. Takako Kitahara


Bercinta dengan Gadis Desa yang Semok


CeritaSange - Cerita ini kumulai saat ban mobil yang kukendarai bocor tertusuk paku dalam perjalanan ke luar kota. Huuhh…. Sial ternyata kunci roda yang ada tidak pas dengan baut roda mobilku…. Sehingga dengan kesal ku susuri jalan ditengah terik matahari menuju sebuah rumah yang terparkir sebuah angkot tua, semoga saja pemiliknya punya kunci roda yang pas dengan baut ban mobilku.

“Assalamu alaikum…..!” sapaku dengan wajah sedikit memelas didepan pintu rumah yang sedikit reot, maklum di kampung yang jauh dari kota.
“Wa alaikum salam…” terdengar jawaban seorang wanita namun belum nampak batang hidung yang punya suara. Mendengar suara itu kuberanikan diri sedikit melongo kedalam rumah itu……..Opss…..ternyata ada seorang wanita kira-kira berusia 25 tahunan sedang menyusui anaknya.
Oh.. my God lumayan juga parasnya untuk wanita ukuran di kampung ini, dan tentunya yang membuatku terkesima buah dadanya yang indah tampak terbuka sedang diisep sama anaknya yang masih berusia balita.

“ Maaf mbak …… apa saya bisa pinjam kunci roda mobilnya ?” tanyaku sambil tak putus mataku memandang sebuah keindahan , seraya mengkhayal jika aku yang menikmati buah dada yang indah itu………….. “ Oh….sebentar pak saya Tanya dulu suami saya…! “ Jawab wanita tadi sambil terburu-buru menutup dada indahnya yang mungkin Ia sadar jika betapa aku menikmatinya.

Singkat cerita kunci roda tersebut berhasil saya pinjam dan bergegas kugunakan untuk mengganti ban yang bocor dengan ban cadangan. Tentunya dengan alasan mengucapkan terima kasih , kami sempat berbincang dan berkenalan.

“ Maaf pak …. Rencananya mau kemana…? Tanya wanita itu . “ Oh saya mau ke kota X dalam rangka tugas kantor “ Jawabku sekenanya. “ Sebenarnya saya juga mau ke kota itu untuk menemui saudara yang katanya berdomisili disana , tapi alamatnya belum begitu jelas dan kebetulan suami saya tidak bisa mengantar karena kendaraan Angkotnya masih rusak “ Kata wanita itu diamini oleh suaminya yang baru bangun tidur dan ikut menemani kami berbincang-bincang.

Pucuk dicinta ulam tiba begitulah kata pepatah, dengan tanpa melewatkan kesempatan untuk dapat berlama-lama dengan wanita itu, apalagi dia akan berangkat sendiri tanpa suami dan anaknya, dengan alasan suaminya masih harus menyelesaikan perbaikan angkot yang masih rusak itu. Apalagi aku memang hanya sendiri di kendaraaanku.


Sepanjang perjalanan kami ngobrol panjang lebar tentang segalanya dan akhirnya dapat kuketahui nama wanita itu adalah Erni. Sampai kami tiba di kota tujuan.

“Mbak Erni rencana mau nginap dimana ? kan hari sudah mulai gelap tentunya sulit mencari alamat saudaranya waktu begini “ tanyaku. “ Entahlah mas soalnya saya tidak punya cukup uang jika harus menginap di penginapan” Jawab Erni dengan sedikit kebingungan. “Bagaimana jika kita menginap dulu di penginapan tempat saya menginap, esok hari baru kita sama-sama mencari alamat saudara mbak itu !” Tawarku kepada Erni. “Tapi mas apa tidak merepotkan ?” tanyanya dengan nada ragu tapi mau. Kujawab “ Ya …enggak lah ….kan mbak Erni sudah menolong saya jadi tidak ada salahnyakan jika saya membalas pertolongan itu ….” Jawabku sembari dalam hati bersorak YESS……….. . “ Ya deh mas …. Saya ikut mas aja !” Jawabnya pasrah.

Setiba di penginapan ternyata kamar yang tersedia tersisa 1 yang kosong yang lainnya sudah di booking calon tamu lainnya dan tidak bisa di ganggu gugat lagi soalnya sudah di bayar Full. “ Aduh mbak kamarnya Cuma ada satu yang kosong, gimana nih……” Tanpa menunggu jawaban langsung kujawab sendiri dengan sedikit memaksa “ Udahlah mbak…. Mbak tidur dikamar saya saja biar saya yang tidur di sofa “. “ Tapi mas ……” jawabnya ragu, namun akhirnya seperti kebo di cucuk hidungnya ikut dibelakangku menuju kamar sambil mengangkat tas Erni dan tasku sendiri.

Setelah masuk dalam kamar dan menyelesaikan segala urusan dengan room service yang mengantar ke ruangan yang ku pesan. Kami terdiam sejenak, dan Erni terduduk di sofa sambil memandangku bingung. “ Silahkan mandi dulu mbak…… itu handuk bersih dan ini sabun cair dan shampoo saya yang bisa mbak pake , saya rapikan dulu perlengkapan saya, nanti selesai mandi kita cari makan malam di luar saja , karena penginapan ini tidak menyiapkan makan malam yang sesuai dengan selera saya “. Sambil menyodorkan perlengkapan mandiku ke Erni untuk digunakan dan Erni nurut aja apa yang ku sampaikan.

Setelah semuanya beres kami keluar penginapan mencari rumah makan yang biasa aku datangi jika berkunjung ke kota ini. Sambil makan kami banyak bercerita , khususnya Erni dapat kuperoleh cerita jika ia baru 3 tahun menikah dengan suaminya yang masih kerabat dekat dan pilihan orang tuanya, namun dalam perjalanan pernikahannya suaminya kurang memberi perhatian selayaknya suami kepada istrinya selain hanya untuk melampiaskan nafsu sexnya, untuk urusan lainnya suaminya kurang mau tahu termasuk urusan mengunjungi saudaranya di kota ini.

Tibalah waktu kami kembali ke penginapan untuk istirahat, sesuai janjiku jika aku yang tidur di sofa sedangkan Erni di tempat Tidur. Maklum deh Erni masih menganut kebiasaan di kampung jika tidur harus menggunakan sarung dengan tidak memakai sehelai benangpun di badannya selain balutan sarung yang sudah agak kumal. Nampak jelas bentuk tubuh khususnya payudara yang kutaksir berukuran 36 B , menyembul di balik sarung yang dikenakannya yang terlihat dikeremangan lampu tidur yang menyala dengan redup. Hal ini membuatku semakin gelisah menahan gejolak adikku yang dari tadi ingin berontak terus tanpa aturan yang jelas.

Rupanya Erni melihat kegelisahanku dengan menyangka aku tersiksa jika harus tidur di sofa, padahal bukan itu penyebabnya, sehingga akhirnya dia pun bersuara. “ Mas …. Nggak bisa tidur ya… sudah mas disini saja… toh tempat tidur ini masih cukup luas “. Tentunya ini kesempatan emas 24 karat yang tidak boleh aku sia-siakan, dengan sedikit jual mahal aku menjawab “ ….Ya deh…. Memang agak kurang nyaman nih tidur di sofa, tapi mbak tidak keberatankan…”. “ Nggak koq mas silahkan aja “ jawabnya.

Bergegaslah dengan langkah seorang kesatria Majapahit menuju ke empat tidur samping Erni. Ternyata Erni sempat melihat ada yang menyembul dengan keras di balik celana pendek yang memang tidak mengenakan celana dalam kebiasaanku jika tidur. “ Ihh…. Mas ….itu apa yang berdiri dibalik celana mas….” Lugu erni bertanya. “ Ahh… mbak koq liat aja, ini kan gara-gara mbak juga “. Jawabku sekenanya sambil dalam hati berkata TUNGGU TANGGAL MAINNYA.

Sejenak kita berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Selanjutnya aku mencoba menyentuh tangan erni, dan tidak ada penolakan dari erni yang membuatku semakin berani menarik tangannya dan memeluk dirinya dengan sikap yang sangat mesra. “ Mas jangan panggil aku mbak ya… sebut aja Namaku “ Tiba-tiba Erni bersuara,” Oh ya…. “ jawabku. “ Maaf mas erni koq merasa nyaman dekat mas, tidak seperti suami erni yang tidak pernah memberikan kemesraan seperti yang mas berikan ini “ kata erni lagi, “ Akupun begitu er…. , awal melihatmu ingin rasanya aku memelukmu !” jawabku sedikit merayu.sambil memeluk dari belakang dan mencium bekang telinga selanjutnya leher bagian belakangnya, yang tanpa penolakan bahkan terlihat Erni begitu menikmati.

Kuberanikan untuk mengelus kening selanjutnya turun ke dada dan terus meremasinya dengan halus terutama sekitar puting yang nampak kian mengeras. Tidak ada jawaban atau kata yang keluar dari mulut Erni selain desahan nafas yang semakin memburu tidak teratur, menandakan erni sudah mulai horny selanjutnya tanganku turun meraba perut dan terus menemukan rimbunan bulu-bulu tebal diantara dua lembah yang terasa mulai lembab selanjutnya mencair oleh lelehan air kenikmatan wanita yang sedang mendaki kearah puncak kenikmatan.

Tidak dinyana Erni membalikkan badannya melepaskan sarung kumal yang melapisi tubuh mulusnya yang baru kali inilah terlihat dengan jelas, dibalik keluguan wanita desa ternyata menyimpan suatu kekuatan yang mampur memecahkan naluri lelaki yang menggeliat dengan panasnya.
“ Mas…… !!!!!!”. sambil meremas adikku yang sudah ditelanjangi oleh tangan halus Erni seperti meremas jagung yang akan dirontokkan pipilnya.” Aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dari suamiku………akhhh….akkhhhh !!!!!!”. Erni semakin tidak dapat menguasai dirinya, apalagi saat kulumat habis puting teteknya yang kian mengeras. Berangsur turun ke puser perut dan kelubang kenikmatan. “ Okhh..okkhhhh……..mas …….nikmat……..akhhkk…….” Tak kuasa erni menahan erangannya.

Kita berdua sudah semakin larut dalam hasrat birahi yang bergelora dengan tubuh yang tak satu helai benangpun yang masih melekat , diterangi cahaya lampu tidur yang temaram. “ Erni aku sudah nggak tahan lagi …..pengen ngentot memek kamu !” Keluar kata dari mulutku yang semakin kurang ajar, karena adikku sudah berada dalam kuluman mulut erni yang dengan ganasnya melalap habis sampai ke pangkal batang bahkan biji pelirku pun tak luput dari sedotannya.

Erni rupanya mengerti dengan kata-kataku , maka dengan selangkangan terbuka dengan posisi WOT menelungkup memasukkan batang kontolku ke lubang memeknya secara perlahan tapi pasti , naik turun tidak beraturan ,” Oh…. Mas nikkkkkmattttt……….!!!!!” Erni mulai mengoceh kesetanan , “ Mas kontolmu enak sekali………..” tambah erni. Akupun semakin keras memompa dan membanting tubuhnya ke kasur untuk merubah posisi dengan Doggy style, menggenjotnya dengan tetap meremas tetek erni, “ Mas aku cape…………” keluh erni, Kubalikkan tubuhnya dengan posisi MOT sebagai posisi pamungkas karena kontolku sudah mulai terasa berdenyut keras, “ Ohkkhhh…..mas aku nggak tahan …….akh..!!!!” Erni mengoceh dengan lemahnya, sementara remasan memeknya semakin memelintir batang kontolku , “ Oh….Erni tahan sebentar lagi aku juga mau keluar….” Pintaku kepada erni seembari meninggikan RPM genjotan kontolku di memek erni. Dan tiba-tiba “AKHH……………!!!!” Teriak Erni bersamaan dengan itu akupun tak dapat lagi menahan semburan sperma kontolku kedalam memek erni sambil tetap mengisap putting tetek erni yang kian mengeras.

Kita berdua tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi tadi yang jelas aku dan erni sudah tidak bertenaga lagi untuk bergerak dan tetap membiarkan tubuhku tengkurap di atas tubuh erni dengan kontol yang masih tertancap di memek erni.
Semenit kemudian aku berangsur tertidur di samping tubuh bugil erni si wanita desa dengan ceceran air memek erni dan sperma kontolku yang membasahi tubuh dan sperei tempat tidur yang bercampur keringat kami berdua.


Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 aku terbangun , dan mendapatkan erni masih tertidur dengan ceceran sperma dan air memek yang mulai mongering di badan kita berdua dan sprei tempat tidur , kubangunkan erni dan kuajak untuk bersih-bersih di kamar mandi.

“ Mas …… maafin erni ya, koq erni malah mengajak mas bercinta..” Kata erni menyesal namun masih menyimpan hasrat terpendam. “ Nggak apa koq er… aku juga senang dengan apa yang telah kita perbuat, habis kamu seksi sih bikin aku nafsu aja” kata ku nakal menggoda, sembari menyandarkan badannya ke dadaku. “ Akh….mas ini bikin malu aja..” sambil mencubit perutku. “ Jujur deh mas erni baru kali ini merasakan bercinta yang betul-betul membuat erni serasa terbang kea wan” sambung erni. Sambil mengelus kontolku yang mengecil tapi mulai nampak tanda-tanda akan bangun lagi.

“Mas… boleh nggak erni minta lagi..” Pinta Erni. WHY NOT pikirku, tapi gengsi dong kalo aku langsung mengiyakan. “ Gimana ya….. tapi aku sudah cape nih “ jawabku untuk memancing pelayanan yang lebih ekstra tentunya, “ Trus gimana dong mas ? “ Erni benar-benar sudah memelas , “ Erni mesti tau dong apa yang ku mau ! “ Jawabku sekali lagi. Tanpa ba bi bu erni langsung mengulum kontolku dengan ganasnya dan tanganku tidak melewatkan untuk mengobok-obok tetek erni yang mulai mengeras juga, rupanya tak puas kontolku diisep, ia menggigit halus putting susuku yang membuat diriku terawang-awang ke langit tujuh.

“ Erni kita pindah ke sofa aja yuk !” sembari bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa, gentian erni yang ku mandiin kucing dari ujung kaki sampai kuduknya. “ Ahkk…. Mas terus mas …..” erang erni. Erni benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak sehingga harus dengan cepat kubekap mulutnya agar tidak mengganggu tamu lainnya di penginapan itu.

“ masssss.. cepat entot aku mas sudah tidak tahan nih…..” suara lirih erni memintaku agar menusuk kontol ke memeknya. Blassss………… “ Akhhh………..” lirih erni sekali lagi.
Entah apa karena suasana malam itu yang semakin sepi atau memang setan sudah begitu dominant menguasai otak kami berdua, langsung aja dengan posisi erni yang nungging di sofa ku benamkan batang kontol ini yang juga sudah ingin mengakhiri permainan dashyat ini, kugenjot berulang-ulang kedalam lubang memek erni dan terakhir tersemburlah cairan maniku yang sudah encer akibat terlalu banyak yang dikeluarkan untuk memuaskan hasrat kami berdua “ Ohhhh… Erni…….” Bersamaan dengan orgasmenya erni, yang membuat lututku semakin tak kuasa menahan lemasnya dan mengantarkan kami untuk terduduk lemas sejenak di sofa.

Akhirnya kami bersih-bersih dikamar mandi dan tertidur sampai pagi harinya. “ Mas kapan kita bisa ketemu lagi ?” Tanya erni. “ Aku akan menghubungimu lagi jika ada waktu Er..” jawabku.

Singkat cerita keesokan harinya aku mengantarkan erni menemui alamat saudaranya dan sebelumnya mampir di took hp untuk membelikan erni HP yang dapat aku gunakan bila ingin menemui erni. Kisah ini berlanjut ditempat yang lain dan kesempatan yang lain , tentunya tanpa sepengetahuan suami erni.

Ku Tekan Otongku Sedalam-dalam Pepeknya


CeritaSange - Mba Indah adalah keponakan jauh ibuku yang ikut tinggal dirumahku. Ya, dia ikut keluargaku sebab keluarganya kurang beruntung. Dia ikut keluargaku sejak kelas dia 2 SMP. Kejadian ini terjadi saat mba indah duduk di kelas 3

Mba indah adalah seorang perempuan yang sangat menarik. Wajahnya cantik, rambutnya panjang, kulitnya putih dan bodynya... hmmm.. masih tergambar jelas bodynya yang aduhai. Aku masih ingat bagaimana dulu aku sering sekali memelototi dadanya yang ranum. Sebenarnya dadanya tidak terlalu besar, tapi membusung kedepan, benar-benar bulat sempurna. Aku juga senang sekali memperhatikan lekukan pinggangnya yang seperti gitar spanyol itu, pantatnya yang membulat dan pahanya yang putih. Apalagi kalau dia memakai celana pendek favoritnya, terlihat jelas paha mulusnya dan betis bulir padinya yang aduhai. Hmmm.... Pantas saja banyak teman prianya yang mengejar-ngejarnya.

Kejadian ini terjadi waktu aku tinggal berdua denga mba indah dirumah. Bapakku seperti biasa pergi ke kantor dan ibuku pergi kerumah temannya dengan membawa adikku yang masih kecil.

Awalnya aku bermain diluar bersama teman-temanku, tapi karena turun hujan akhirnya aku pulang kerumah dan tinggal berdua dengan mba indah. Dari pada tidak ada kerjaan, aku menonton tv. Selagi asik menonton kartun di tv swasta satu-satunya waktu itu, mba indah keluar dari kamarnya dan memanggilku. Saat itu mba indah memakai kaos putih dan rok SMA nya. Aku menebak pasti dia tidak pakai bra, soalnya puting payudaranya tercetak di kaus putih yang tipis itu.

"Rian ! Ke kamar mba indah yuk sebentar" panggil mba indah. aku yang sebenarnya lagi asik menonton dengan agak malas akhirnya masuk ke kamar mba indah.

"Ada apa mba ?" tanyaku.

"Dari pada nonton tv, mendingan main sama mba indah" katanya

"Main apa ?" tanyaku.

"Kita main dokter-dokteran yuk" ajaknya

Aku tertawa.. "Wah itu kan mainannya anak perempuan, lagian aku kan udah gede" jawabku. Padahal adikku sering mengajakku bermain dokter-dokteran.

"Ini beda, kan mba udah dapet pelajarannya di SMA" katanya merayuku.

"Hmmm... ya udah, jadi gimana mainnya ?" tanyaku.

"Mba yang jadi dokternya, kamu yang jadi pasiennya. Sudah kamu tiduran dulu ditempat tidur, mba siap-siap" suruhnya.

Kemudian aku naik ke tempat tidurnya dan berbaring terlentang.

"Sakit apa de ? saya periksa dulu ya..." kata mba indah berakting. Kemudian dia menaikkan bajuku dan mengetuk-ngetuk dadaku layaknya seorang dokter.

"Wah de ini sakitnya parah" katanya. Aku tertawa kecil karena mba indah pandai sekali meniru seorang dokter. Kemudian tangannya turun mengetuk-ngetuk perutku sambil berkata "Sepertinya penyakitnya ada dibawah sini" kemudian dia berusaha membuka kancing celanaku.

Tanganku memegang tangannya, menahan dia membuka celanaku. "Kok celananya dibuka mba ?" tanyaku. Walaupun aku masih kecil, tapi waktu itu aku sudah mengerti perbedaan antara pria dan wanita.


"Mau disembuhin penyakitnya gak ?" katanya sambil pura-pura melotot. Aku terdiam, kemudian melepaskan tangannya. Dia tersenyum kemudian berkata "Gitu dong, kan mau diobatin".

Kemudian dia melepas kancing celanaku dan resletingnya. Kemudian dia melorotkan celanaku hingga terpampanglah burung mudaku. Aku hanya diam menahan malu.

"Wah ini dia sumber penyakitnya" katanya riang kemudian memegang burungku. Kemudian dia duduk disebelahku. Mukaku semakin merah, apalagi burungku secara perlahan tapi pasti menegang membesar.Mba indah malah tertawa "Nah aku bilang apa, ini dia masalahnya, tuh dia makin keras, makin besar !" sambil mengelus-ngelus lembut burungku.

Tubuhku tergetar karena nikmat yang menjalari tubuhku. Burungku makin tegang dan makin membesar.

"Mba..." kataku lemah karena keenakan. "Tenang ya rian, mba obatin dulu ya" katanya. Celanaku dibuka secara penuh kemudian dia menaruhnya di kursi dekat meja belajarnya. Selangkanganku dilebarkan, kemudian dia berpindah posisi, dia duduk diantara kedua pahaku.

Kemudian mba indah mulai mengulum penisku. Aku semakin menerawang, inilah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Saat mba indah mengulum dan menyedot-nyedot penisku, dia mengeluarkan suara-suara erotis diantara keluar masuknya penisku di mulutnya. Ternyata saat aku melihat, tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Hmm tak heran badannya ikut bergetar saat mengulum penisku.

Tiba-tiba mba indah berhenti mengulum penisku. "Sebentar ya" kata mba indah yang kemudian berdiri. Aku hanya menatapnya dengan tatapan tidak rela karena tidak ingin kehilangan kenikmatan tadi.

Ternyata mba indah melorotkan celana dalamnya. Karena dia memakai rok, celana dalamnya langsung turun, kemudian dia membuangnya kelantai. Dia kembali duduk diantara selangkanganku, tapi kali ini dia agak melebarkan pahanya.

Mba indah kembali mengulum penisku. Badanku kembali bergetar keenakan. Diantara sadar dan tidak, aku mulai mencium suatu bau khas, yang sekarang aku tau kalau bau itu adalah vagina.

Aku melihat mba indah yang terus mengulum penisku. Tangan kirinya yang tadi meremas-remas payudaranya sekarang berada di selangkangannya, tapi aku tidak bisa melihat apa yang dilakukan tangan itu sebab tertutup kain rok yang masih dipakainya. Tapi aku menduga bau khas tadi pasti berasal dari selangkangannya itu.

Kenikmatan naik sampai ubun-ubunku, badanku bergetar hebat.

"Mba... aku mau pipis..." kataku sambil menahan dorongan hebat dipenisku. Tapi mba indah tidak memperdulikan, bahkan mempercepat kulumannya. Aku merasa gila karena keenakan.. "Crotz... Crotz.. Crot.." akhirnya aku mengeluarkan pipisku di mulutnya, aku baru tau kemudian kalo itu adalah cairan sperma

Mba indah menyedot semua cairan spermaku, kemudian dia tersenyum padaku. "Enak kan diobatin sama mba ?" tanyanya sambil mengelap sisa-sisa sperma dipenisku.

Aku cuma menganggu kecil. Aku sangat lelah ! Rasa kantuk menyerangku.

"He..he..he.. abis diobatin langsung ngantuk" tawa mba indah.

Aku berusaha menahan kantukku, tapi rasanya berat sekali. "Ya udah tidur aja dulu gih" suruh mba indah yang kemudian berbaring terlentang disebelahku.


Diantara terbuka dan tertutupnya mataku, aku melihat mba indah menaikkan kaosnya sehingga terpampanglah payudaranya. Kemudian dia meremas-remas kedua payudaranya sendiri. Suara-suara lenguhan mulai terdengar dari mulutnya.

Sepertinya dia tidak puas hanya meremas payudaranya, dia menyibak roknya keatas. Dari samping aku melihat selangkangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku tidak bisa melihat jelas, tapi aku melihat jari tengahnya keluar masuk dari lobang yang mengeluarkan bau harum tersebut.

Tangan kirinya meremas-remas payudaranya, jari tengah tangan kanannya keluar masuk memeknya. Badannya menegang, sesekali melengkung keatas, seperti selangkangannya mengejar sesuatu. Suara lenguhannya maikin keras dan makin cepat.... dan aku tertidur.

Entah berapa lama aku tertidur, tapi saat aku terbangun aku melihat mba indah tidur terlentang disampingku. Tangan kirinya masih dipayudaranya dan tangan kanannya masih diselangkangan, sama persis dengan keadaanya sebelum aku tertidur. Bedanya badannya seperti terkulai lemas, tidak setegang tadi.

Lama aku memandangi tubuhnya. Tenggorokanku tercekat, sebab baru kali ini aku melihat langsung payudaranya yang bulat itu. Apalagi memek yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Aku menelan ludahku. Walau sering membicarakan dengan temanku tentang tubuh wanita, tapi melihat langsung memang jauh lebih nikmat.

Kemudian pandangannku tertumbuk pada memeknya. Aku jadi ingat bau khas yang aku cium tadi. Aku bergeser untuk duduk diantara selangkangannya yang masih terbuka lebar itu. Perlahan aku menggeser tangan kanan yang masih "hinggap" diselangkangan.

Dadaku berdebar, takut mba indah terbangun, tapi usahaku berhasil, tangannya kini berada di samping tubuhnya.Perlahan aku elus memek itu dengan jari tengahku. Hmm.. agak berlendir. Kemudian aku mencium jari berlendirku. Aha.. ! benar kan dugaanku, bau itu dari memeknya.

Tapi aku kurang puas. Aku elus lagi memeknya dengan jari tengahku. Aku coba untuk menusuk lebih dalam agar mendapat lendir lebih banyak. Aku tusuk keluar masuk walau tidak terlalu dalam, tapi aku belum mendapat lendir sebanyak yang aku mau.

Seiring aku menusuk-nusuk memeknya, perlahan pinggul mba indah bergoyang sedikit mengikuti jariku. Aku merasa memek mba indah makin berlendir, aku tersenyum puas. Saat jariku terasa cukup berlendir, aku mengangkatnya dan menciumnya. Wah... baunya sangat kuat tapi aku sangat menyukainya.

Suka akan baunya, keingintahuanku timbul untuk mencoba rasanya. Aku menjilat jari berlendirku itu. Hmm.. rasanya aneh, agak hambar, sedikit asin. Tapi entah mengapa aku suka sekali.

Kemudian aku mengambil lagi lendir itu dari memek mba indah dan menjilatnya lagi. Tapi aku kurang puas. Akhirnya aku dekatkan mukaku ke memek mba indah. Aku buka lipatan luar memeknya, terlihatnya bibir vaginanya yang berwarna merah muda. Memek tersebut basah dengan lendir.

Perlahan aku menjilat memek mba indah. Nikmat sekali menikmati lendir dari sumbernya  .

"Uh..uh..uh..." lenguh mba indah setiap lidahku menyetuh dinding vaginanya. "Ahhhh..." lenguhnya panjang saat aku menjilat daging kecil di bagian atas lobang memeknya. Badannya semakin bergetar dan pinggulnya maju kedepan setiap lidahku lepas dari memeknya. Sepertinya memeknya mengejar lidahku, ingin dijilat lagi.

Tiba-tiba kepalaku terdorong masuk ke memeknya. "Aduh rian enak banget !!" pekik mba indah. Ternyata mba indah sudah bangun dan tangannya menekan kepalaku ke memeknya.

Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum padanya. "Ayo rian lagi... mba gak tahan nih..".

Aku kembali menjilati memeknya dengan lebih semangat. Tangannya tetap dikepalaku, menekan setiap aku mengangkat kepalaku.

"Ah..ah..ah.. aduh rian enak banget.." ujarnya sambil mengangkat-angkat pinggulnya mengejar lidahku. "Shit... enak banget" sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan.

"Akhhh...... " pekik mba indah yang kemudian menarik tubuhku keatas untuk menindihnya. Dia kemudian memegang kepalaku dan kemudian memagut bibirku. Dia nafsu sekali mencium bibirku yang penuh dengan lendir memeknya tersebut.

Akupun terangsang hebat. Aku membalas ciumannya. Tanganku meraba-raba payudaranya yang kenyal itu. Penisku tegang penuh karena ciuman itu.

Kami berciuman sangat hebat, "clop..clop...clop" bunyi diantara ciuman saling sedot kami. Tangan mba indah memegang penisku dan mengocok perlahan. Nikmat sekali, tapi aku lebih bisa mengendalikan diri sekarang.

"Rian, masukin ya sekarang, mba udah gak tahan !" ujarnya sambil menatapku dengan pandangan sayu. Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang dia maksud, tapi saat dia menarik penisku kearah memeknya, aku bergeser kebawah sedikit karena perbedaan tinggi kami.

Mba indah mengarahkan penisku ke memeknya, kemudian menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Tak lama kemudian dia menarik penisku untuk masuk lebih dalam, secara reflek aku mendorong pinggulku. Perlahan penisku masuk kememeknya. Akh.. nikmat sekali memasukkan penis ke lobang licin yang menjepit itu.

Mba indah menekan pantatku sampai penisku amblas masuk ke memeknya semua. Kemudian dia menahan pantatku. Aku melihat wajahnya. Matanya dipejamkan dengan kepala agak dimiringkan kekanan, aduh seksinya. Kemudian aku mulai merasa penisku seperti diurut-urut oleh jari-jari kecil didalam memeknya. tdak terbayang kenikmatan saat itu.

Mba kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisku keluar masuk memeknya sedikit. Sensasi kenikmatannya lebih dahsyat dari urutan memeknya tadi. "Rian gerakin dong burungnya" pintanya memelas tapi tidak menghentikan goyangan pinggulnya.


Aku mulai menggoyangkan pinggulku mengikuti gerakkannya. Sekarang penisku keluar masuk memeknya lebih banyak. "Akh...akhh... akhh..." lenguhnya sambil menggoyangkan kepala kekiri kekanan.

Mukaku yang berada didepan lehernya menciumi dan menjilati leher mba indah dengan sangat bernafsu.Aku lengkungkan badanku, kemudian aku penyedot pentil payudara kirinya. Badannya ikut melengkung dan bergetar hebat. Aku pindah ke payudara kanannya, dia melenguh hebat "Akkhhh..." kemudian menggigit bibir bawahnya.

Setelah beberapa menit kami dalam posisi tersebut, kemudian mba indah bangkit "Rian gantian ya, kamu dibawah, supaya lebih enak".

Aku setuju saja, kemudian aku tidur terlentang. Penisku berdiri menantang.

Kemudian mba indah jongkok diselangkanganku. Dia memegang penisku, mengarahkan kememeknya yang dia turunkan. Bless... penisku masuk seluruhnya kememeknya. Mba indah kemudian menjajarkan tubuhnya dengan tubuhku. Dia kemudian tersenyum padaku "Rian kamu hebat banget, kamu udah ngegagahin aku" katanya lirih menggoda. Kemudian dia memagut bibirku.

Perlahan dia menggoyangkan pinggulnya, dan aku juga berusaha menggarakkan pinggulku, tapi agak susah. Akhirnya aku cuma diam meremasi payudaranya.

Ciuman kami lepas saat goyangannya makin kencang. "Agh.. akh.. agh.." pekiknya setengah berteriak. Goyangan mba indah makin kencang, sesekali dia memutar kepalanya untuk meyibak rambutnya yang jatuh kebawah.

"Akh..akh... akh..AGGHHHHHH..." tiba-tiba tubuhnya menegang. Dia menekan memeknya ke penisku. Gerakkannya terhenti. Matanya terpejam. Setelah beberapa lama dia membuka matanya kemudian berkata "Ahh.... rian enak bangetth.." dengan nafas terengal-engal. Kemudian tubuhnya amburk ketubuhku.

Aku yang belum puas coba menggerakkan pinggulku. Memeknya terasa jauh lebih licin dari sebelumnya. Cairannya makin banyak.

"Kamu belum puas ya ??" tanyanya sambil memandangku dengan wajah puas. "Iya mba, sedikit lagi" jawabku.Kemudian mba indah bergeser, kemudian tidur terlentang. Kemudian dia membuka selangkangannya lebar. Aku mengerti maksudnya, kemudian aku memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Aku mengarahkan penisku ke memeknya dan menekannya masuk. "Hgkh.." pekiknya saat penisku masuk.

"Rian yang cepet ya.." katanya lirih. "Udah gak enak lagi ya mba ?" tanyaku. "Masih enak, tapi mba capek banget" jawabnya lirih.Aku menggoyangkan pinggulku dan memusatkan untuk mengejar kepuasanku. Tak lama kemudian aku merasa ada yang ingin keluar dari penisku, aku menekan penisku dalam-dalam kememeknya dan mengeluarkan spermaku banyak-banyak didalam memeknya.

Bertukar Istri Berawal dari FIlm Porno


CeritaSange - kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang. Berawal dari keluarga Boby dan keluarga Hanif yang menonton film porno, munculah untuk ide untuk bertukar Istri untuk berhubungan sex. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.

Sebut saja nama saya Bobi (nama samaran saya),disini saya akan menceritakan pengalaman sexs saya yang saya pikir sagat menarik dan perlu dicoba oleh para pembaca. Saya akan menggambarkan sedikit tentang saya, umur saya 37 tahun, saya sudah berumah tangga selama 8 tahun. Sepanjang perjalanan rumah tangga kami ini, sampai hari ini-pun saya belum mempunyai keturunan.

Dalam hal keturunan saya memang belum mendapatkanya, namun yang membuat saya merasa sangat bahagia adalah, karena saya mempunyai istri yang begitu cantik dan sexy sekali. Karena saya mempunyai istri yang sepeti itu tidak sedikit para tetangga yang iri dengan saya, bisa dikatakan istri saya paling cantik di komplek kami.

Oh iya para pembaca, saya hampir lupa menyebutkan nama istri saya adalah Dela.
Para pembaca mungkin berpendapat kalau saya ini adalah seorang pecinta sex sejati dan punya nafsu sex yang luar biasa. Sampai-sampai bila kami kedatangan tamu, dan saya sedang ingin bercinta, saya-pun sering mengajak istri ke kamar untuk segera melakukan sex kilat.

Tapi saya senang sekali, karena ternyata istri saya tidak pernah menolak permintaanku itu sekalipun. Meskipun nafsu sex saya begitu tinggi, sebagai seorang suami saya tergolong suami yang setia pada istri. Mengapa saya bisa mengatakan seperti itu, karena selama dalam 8 tahun berumah tangga saya tidak pernah selingkuh apalagi sampai menyewa wanita bayaran untuk memuaskan hasrat sexs saya.

Hal ini bisa terjadi, mungkin karena istri saya selalu melayani birahi sexsku setiap saat.hhe. Sampai pada suatu, gelar kesetiaanku sayapun mulai agak tergoyah dengan hadirnya tetangga baru saya. Singkat cerita kami-pun akrab dengan tetangga baru itu, entah saat itu siapa yang mulai, initinya dalam waktu dekat kami sudah sangat akrab. Tetangga kami baru itu suami istri sama seperti kami, dan anehnya mereka juga belum punya keturunan seperti kami. Mereka adalah Hanif dan istrinya bernama Icha.

Perlu para pembaca ketahui, Icha ini adalah seorang istri yang tergolong masih muda, cantik, putih dan bentuk tubuhnya sexy sekali. Karena istri dari tetangga baru ini, bisa-bisa gelar setia saya bisa tergoyah nih,hhe. Body-nya itu loh para pembaca, beuhhhh… bohay gila. Alasan mereka pindah ke sini adalah karena tugas baru suaminya yang dipindahkan pada perusahaan cabang yang kebetulan kantornya berada di kota tempat tinggal saya.

Saya dan istri saya biasa memanggil mereka dengan sebutan Mas Hanif dan Mba Icha.
Bisa dibilang saat ini kami sudah seperti saudara saja, karena hampir setiap hari kami mengobrol di teras rumahnya atau sebaliknya. Saat itu pada suatu malam, seperti biasa saya bertamu ke rumah tetangga baru kami. Disana kami mengobrol panjang lebar dari A sampai Z.

Setelah kami selesai mengobrol panjang lebar, tiba-tiba Hanif menawarkan saya untuk nonton Film Porno yang ucap-nya baru dipinjamnya dari temannya saat itu. saat itu saya-pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film pornotentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba istri Hanif ikut menonton Film itu bersama kami, dan saya berkata,

“ Wah, ini gimana ini Nif.. ?”, ucapku kaget.

“ Udah Mas tenang aja, inikan cuma tontonan Mas, lagian nggak bisa dipegang jugakan Mas.hhe ”, ucap Icha sembari tertawa kecil.

Belum sempai aku menjawabnya Icha sudah menimpa perkatataanya lagi,


“ Kalau Mas Bobi nggak keberatan, Mbak Dela diajak sekalian aja mas, hhe…”, ucapnya menyebut istri saya.

Saya tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya saya pamit sebentar untuk memanggil istri saya yang tinggal sendirian di rumah.

“ Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga.. ?”, ucapistri saya ketika kuajak.

Pada akhirnya saya malu juga sama istri saya, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Hanif. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun.
Paginya saya tidak bertemu Hanif, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya saya hanya melihat istrinya sedang minum teh. Ketika saya lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam.

Saya bilang Dela tidak mau kuajak sehingga saya langsung saja tidur. Matsaya jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodsaya. Tapi ah.., mereka kan tetangga saya. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, saya kembali ke rumah menemui istri saya.

Seperti biasanya kalau sudah begini saya langsung menarik istri saya ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Dela tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini saya benar-benar gila. Saya bergulat dengan istri saya seperti kesetanan. Kemaluan Dela kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai istri saya menjerit. Edan, kok saya sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.

Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Istri saya sampai terengah-engah menikmati apa yang kulsayakan terhadapnya. Dela langsung memegang Penisku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan,

“ Mas.., sekarang Mas..!”, pinta istri saya memelas.

Akhirnya saya mendekatkan Penisku ke liang kemaluan Dela. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba istri saya bertanya,

“ Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..? “, ucap istri saya.

Saat itu tidak menjawan dan saya hanya diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Icha lah yang menaikkan biraiku pagi ini. Sorenya Hanif datang ke rumahku,

“ Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya.. ?”, tanyanya setelah kami berbasa-basi.

“ Maksudmu apa Nif.. ?”, tanya saya.

“ Istri saya tadi cerita, ucapnya tadi pagi dia melihat Mas Hanif dan Mbak Dela bergulat setelah ngobrol dengannya “, ucap
Loh, saya heran, dari mana Icha nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. Saat itu Hanif langsung menambahkan,

“ Nggak usah malu Mas, saya juga maniak sex Mas.”, ucapnya tanpa malu-malu.

“ Begini saja Mas,”, tanpa harus memahami perasaanku, Hanif langsung melanjutkan,

“ Saya-punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara.. ?”,, .

“ Acara apa Nif.. ?”, tanya saya penasaran.

“ Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana.. ?”,, .

“ Pesta apaan..? Gila kamu.”,

“ Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refreshing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya.. ?”,, .

Malamnya, menjelang pukul 08.00 malam, Hanif-pun tiba bersama istrinya di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh istri saya, ada perasaan yang agak aneh kurasakan.


Saya tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Hanif dari rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, saya mendekati istri saya dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Hanif juga menarik istrinya dan menciumi bibirnya.

Saya semakin terangsang, Dela juga semakin bergairah. Saya belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Dela sudah telanjang bulat, entah kapan saya menelanjanginya. Sesaat saya merasa bersalah, kenapa saya melakukanhal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.

Kuperhatikan Hanif perlahan-lahan mulai mendudukkan Icha di meja yang ada di depan kami. Tidak lama kemudia Hanif-pun mengangkat rok yang dikenakan istrinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Saya semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya saya sudah menikmati permainan itu.

Icha juga tinggal hanya mengenakan Bra dan CD (celana dalam)nya saja. Saat itu Icha masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Hanif membuka Bra Icha, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penghalangnya terbuka. Kegilaan apa lagi ini, ucap dalam hatiku.
Seolah-olah Hanif menikmati.

Karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat istri saya yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Hanif. Kemudian kudekati Icha yang kini tinggal hanya mengenakan CD (celana dalam).

Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamsaya melakukannya dengan orang lain. Lalu kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Hanif kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Dela yang biasanya saya lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah Vagina Icha.

Kuelus bagian itu, walau masih tertutup CD (celana dalam), tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas CD (celana dalam)nya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Icha ini,

“ Peluklah saya Mas, tolonglah Mas..! ”, racau Icha seolah sudah siap untuk melakukannya.

Tetapi saya tidak melakukannya. Saya ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Tanpa buang waktu saya mulai memandangi seluruh bagian tubuh Icha yang memang betul-betul sempurna. Biasanya saya hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati.

Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.
Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.

“ Sssss... Aghhhhhh...”, desah Icha menikmati.

Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Icha meracau nikmat. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Icha, kuhisap bagian putingnya, tubuh Icha bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih Penisku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah tsayat lepas.
Posisi Icha sekarang berbaring miring, sementara saya berlutut, sehingga Penisku tepat ke mulutnya.

Perlahan dia mulai menjilati Penisku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Icha memasukkan Penisku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir saya tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Hanif dan istri saya seperti membentuk angka 69.

Dela ada di bawah sambil mengulum kemaluan Hanif, sementara Hanif menjilati kemaluan Dela. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukanperjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam Vagina Icha, dia melenguh hebat hingga Penisku terlepas dari mulutnya.

Gantian saya sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalsaya seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Icha terengah-engah dan menjerit tertahan meminta supaya saya segera memasukkan Penisku pada Vagina-nya.

Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya saya dapat memasukkan Penisku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan lubangku menuju liang milik Icha.
Ketika kepala Penisku memasuki liang itu, Icha mendesis,

“ SsssS... Aghhhhhh... Oughhhh… nikmatnya… Ughhh… Terus Mas, masukkan lagi, Aghhhh… !!!”, desahnya.

Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika saya melakukannya. Mungkin karena selama ini saya hanya melakukannya dengan istri saya, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Icha dengan lembut.


Mulut Icha-pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Icha nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Icha berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Saat itu saya sudah tidak memperdulikan Hanif dan istri saya lagi.

Saat ini yang ada difikiranku adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Icha. Luar biasa Vagina Icha ini, seperti ada vacum cleaner-nya saja di dalamnya. Penisku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Icha merem melek menikmati permainan ini.

Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah. Posisi sekarang berubah, Icha sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan Penisku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran Penisku besar, liang Vagina Icha juga semakin kencang.

Kemudian saya posisikan kaki Icha dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya, lalu dengan perlahan kucoba memasukkan torpedoku. Kali ini berhasil, tapi Icha melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong Penisku sambil sesekali menariknya. Vagina Icha terasa kencang sekali. Setelah beberapa saat, tiba-tiba keluarlah lendir kawin Icha membasahi Penisku hingga terasa nikmat sekarang.


Kembali kudorong Penisku dan kutarik sedikit, lalu saya bergoyang semakin lincah, dengan memaju mundurkan pantatku secara konstan. Sepertinya Icha-pun menikmati posisi sex ini. Buah dada Icha bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Icha sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumenNifti apa itu.

Erangannya semakin panjang, kecepatan sodokanku-pun kutambah, dan saat itu goyangan pinggul Icha-pun semakin cepat dan liar. Saat itu tubuhku terasa semakin panas. Saat itu saya merasakan ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa saya menahannya. Sepertinya menjalar menuju Penisku. Saya masih berusaha menahannya.

Dengan cepatnya kemudian saya mencabut Penisku dan mengangkat tubuh Icha ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Icha telentang di bentangan karpet. Secepatnya saya menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak Vagina Icha menyembul seakan menantangku kejantananku untuk segera menacapkanya kembali.

Segera kumasukkan lubangku kembali ke dalam liang Vagina Icha. Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Icha semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulsayakan padanya. Tiba-tiba Icha memelukku sekuat-kuatnya, goyanganku pun semakin menjadi liar.

Saat itu saya-pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari Penisku. Icha menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Icha menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Icha berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai.

Di atas sofa Hanif dan istri saya ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Dela tersenyum puas. Sementara Icha tidak mau melepaskan Penisku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari Penisku masuk ke liang milik Icha. Kulihat Icha tidak memperdulikannya.

Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya Penisku terlepas dari Vagina Icha. Icha tersenyum puas, walau kelelahan saya-pun merasakan kenikmatan tiada tara. Dela juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku.

Hanif dan Icha sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin saya tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Icha berkunjung ke rumah kami, kebetulan saya tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan istri saya. Seandainya saja saya berada dirumah, pasti saya akan meminta kembali untuk bertukar pasangan dan berhungan sex. Selesai.

Bu Eka Tukang Lulur Istriku yang Bikin Sange


CeritaSange - Kring.., kring..!, Telepon di ruang kerjaku berdering. “Hallo, pap. Mamah pulangnya agak malam, Istri pemilik usaha ini, minta di temani jalan.” Dan bla-bla-bla, istriku ngoceh terus. Tapi yang penting buatku, katanya dia tidak enak dan kasihan sama Bu Eka (tukang lulur). Daripada ngebatalin, ya udah.., akhirnya aku yang menggantikan istriku luluran.

Jam 04.00 sore aku sampai di rumah. Rupanya Bu Eka belum datang. Jadi aku sempat makan sedikit. Belum habis makanannya, Bu Eka sudah berada di muka pintu gerbang. Karena sudah biasa, dia langsung masuk dan membereskan kamar olah raga (biasanya di pakai istriku untuk senam dan luluran). Sebelumnya pembantuku, Ning namanya sudah aku beritahu, kalau istriku tidak luluran, yang luluran aku. Sambil membawa air putih, pembantuku menyampaikan, kalau Bu Eka sudah menungguku untuk luluran.

“Sore Bu..”, sapaku sambil membuka baju dan celana panjang. Tinggal memakai celana dalam saja. Mestinya seperti istriku, kalau luluran tidak memakai apa-apa. Tetapi karena aku cowok dan baru kali ini luluran, tidak enak juga rasanya, kalau ikutan polos. Bisa dibilang baru kali ini aku ngobrol banyak dengan Bu Eka. Katanya, dia sudah lama menjadi tukang lulur. Kira-kira 10 tahun dan menjadi tulang punggung keluarga. Dia bercerai dengan suaminya sudah 5 tahunan dengan menanggung 2 anak remaja. Sambil tiduran (karena di lulur), aku perhatikan Bu Eka. Umurnya kira-kira 45 thn. Kulitnya putih (turunan chinese), tingginya kira-kira 165 cm, beratnya 60 kg, dan berwajah menarik. Sekali-kali Bu Eka menunduk, sambil menggosok badanku dengan lulur, wah.., tangan Bu Eka ini termasuk lembut juga. Mungkin karena tiap hari ngelulurin, jadi lembut kali. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Bu Eka memiliki payudara yang besar. BH-nya berukuran kira-kira 38D. Sampai-sampai brung di bawah pusarku bergetar, terangsang. Ingin rasanya memasukkannya ke dalam lubang kemaluan Bu Eka. Tapi aku tidak mempunyai keberanian untik itu, takut ketahuan istri, bisa gawat! Sambil nyoba-nyoba aku pancing-pancing Bu Eka.


“Bu.., pernah nggak ngelulur laki-laki?”, sambil bertanya aku sibakkan celana dalam. Maksudnya supaya dia ngelulur juga selangkaanku.
“Sering Pak, Malah ada anak remaja, beberapa langganan saya suaminya juga sering luluran”.
“Nggak malu Bu? Kalau sampe ada yang buka celana, trus ibu pasti liat barang terlarang khan?”, Coba-coba kupancing dia. Nah.., kelihatannya dia sudah mulai terbawa suasana hot.
Sambil ketawa dia bilang, “Ya.., nggak dong Pak, khan ngeliat aja, nggak di apain, paling dipegang aja”. Nah.., feelingku mulai merasa ini bisa dimainkan juga. Pikiran kotorku mulai beraksi.
“Kalau gitu, saya buka celana dalamnya ya.., bu? Biar bisa di lulur di selangkangan, kan dakinya banyak di situ”. Tanpa banyak ba.., bi.., bu.., celana dalam kulepas, kini aku bugil di depan Bu Eka, dengan penisku yang mendongak ke atas. Berdiri tegak dengan jantannya. Kulihat ekspresi mukanya sedikit, entah kaget atau takjub, melihat penisku yang besar dan panjang.

“Lho.., kog? Udah gede.., Pak, adik kecilnya” katanya, tapi matanya tetap tidak berkedip memandang penisku. Mulai terbakar birahinya.
“Wah.., ini sih belum apa-apa Bu, kalo dipanasi bisa tambah greng lho?, kataku sambil tangannya kupegang dan aku letakkan di atas penisku. Tapi Bu Eka bukannya mengelak, malah tangannya mulai memain-mainkan penisku. Gila.., acara lulurannya jadi berubah..! Tangan Bu Eka benar-benar lembut dan halus. Di mainkannya kemaluanku dengan mesranya. Diremeess, diusap-usap, sedikit kocokan.., membuat kepala penisku kian membesar. Kulihat juga Bu Eka makin terangsang.


“Aah.., mhemm..”, Tidak kusia-siakan kesempatan ini, kulepas tangannya dari penisku, langsung kumasukkan ke mulut Bu Eka. Bibir seksinya mencium dan mulai mengulum penisku, “Whoom.., oopp.., whoomm.., whoop.., oopp!” Bunyi mulutnya tatkala mengocok penisku.
“Besar sekali.. Pak, sampe nggak muat ke mulut saya”, Sambil senyum Bu Eka kembali beraksi. Masuk.., keluar.., maju.., mundur.., penisku masuk ke mulut Bu Eka.
“Uuhh.., oohh.., nikmat skali.., Bu.., trus.., Bu.., aduh.., nggak tahan saya!”

Aku benar-benar merasakan kenikmatan. Aku tahan spermaku yang mau keluar, aku ingin keluar di dalam lubang vaginan Bu Eka. Sambil aku tahan, Bu Eka makin menjadi-jadi memainkan penisku di mulutnya. Mulai aku buka bajunya, kupegang payudaranya yang besar, kuremas dengan lembut, Bu Eka tambah terangsang. Dari rintihan kecilnya, aku tahu, dia sudah dibawah kendaliku. Aku maki bernafsu.., dengan bangun pelan-pelan, kulepas bajunya sambil bibirnya dan big boobnya kucium, aku dan Bu Eka seperti lepas kendali.., saling cium.., peluk. Badanku yang masih berisi lulur menambah hangatnya pergumulan. Payudaranya yang besar menempel di badanku. Bergetar nafsuku.

“aah..” Bu Eka sedikit mengerang, sewaktu payudaranya kucium dan kugigit-gigit. Posisinya sekarang di bawah, telentang! Dari payudaranya kutelusuri (aku jilati) perutnya “cup.., csrut..”, lidahku mulai bermain. Semua detial payudaranya kucium, kujilati.., meluncur ke bawah, perutnya.., ke bawah lagi.., waah.., luar biasa.., bau badan Bu Eka begitu harum. Tinggal selangkah lagi lidahku bermain, hingga kutemukan bulu-bulu halusnya yang menyembul dari celana dalamnya. Sedikit usaha terlepas sudah celana dalamnya. Kelihatan bulu-bulu hitam menyembul makin lebat. Aku melongok ke bawahnya, bulu-bulu hitamnya kusibakkan.., terlihat lubang kenikmatan yang berwarna merah muda menantang. Aku tidak tahan! Kujilati semuanya.., bulu-bulunya.., clitorisnya.., lubang vaginanya. Sisi-sisi vagina Bu Eka memang sedikit keluar, aku hisap, “Sruup.., cuupp..” semuanya!

“Aahh.., Oooh.., aduh nggak tahan.., Pak..!” Erangannya menambah nafsu liarku, tidak henti-hentinya kujilati vaginanya dan clitorisnya aku kulum, kugigit-gigit kecil, sampai akhirnya, “aah.., aduh.., saya keluar..”, sambil berusaha duduk menghadap ke arahku. Akupun langsung berdiri. Kuarahkan penisku ke arah bibirnya, “Slup.., mhom..”, dikulumnya sekali lagi penisku.
“Oooh.., bagus Bu.., trus masukin semuanya.., hisaap.., Bu..” kulumannya membuatku semakin mabuk kepayang. Dari ujung penis hingga ke biji pelerku semua bersih.., dihisep.., dikulum.., masuk.., keluar, “oohh..” Karena kita sudah makin memuncak, aku tarik penisku, kucium Bu Eka sambil tiduran, kakinya menjulur ke bawah tempat tidur. Pahanya kubuka, lubang kenikmatannya sedikit terbuka.


Pelan tapi pasti penisku mulai masuk, “Bleep..”, sedikit basah.., Sreet.., bleep.., penisku maju mundur menembus lubang kenikmatan Bu Eka. Semakin lama semakin dalam aku benamkan penisku, hingga menembus bagian dalamnya.., cairan Bu Eka makin banyak keluar.

“Oohh.., saya keluar.., pak!”, Sambil badannya mengelinjang orgasme. Aku benar-benar seperti kuda liar, lepas kendali. Aku suruh Bu Eka nungging, lubang pantatnya kelihatan jelas, aku gosok-gosokan penisku di lubang duburnya, sambil penisku turun ke bawah mencari lubang kenikmatan Bu Eka. Kuintip lubang vaginanya, gila! Bagaikan sumur dalam yang tidak ada ujungnya.
“aahh.., aduh.., Pak..? Bu Eka menjerit kecil. “Sreet.., bleep.., penisku masuk ke lubang vaginanya. Lalu kupompa Bu Eka.., “Bleepp.., sreet..”, bunyi penisku dan vagina Bu Eka, bersatu padu.
“Aahh.., oohh.., keluar.., Bu..!” Bersamaan dengan air maniku keluar, Bu Eka juga mengerang, “aahh..”. Croot.., crot! air maniku keluar dari dalam lubang Bu Eka. Hangat.., penisku masih terbenam. Terasa disedot. Bu Eka sengaja memainkan lubangnya, sambil berbalik memciumiku, kupeluk Bu Eka, Mesra!

Jam 09.00 malam istriku sampai di rumah, diantar sopir kantornya. Panjang lebar dia cerita tentang kegiatannya dengan ibu pemilik perusahaan. Sambil muji badanku, “tambah putih dan bersih lho.., Pap..? Pinter ya.., Bu eka ngelulur.” Aku hanya mengangguk saja, no comment! Padahal dalam hati, pikiranku melayang membayangkan lubang Bu Eka!

Tamat

Memeperkosa Tiara Model Sexy Karena Sange



CeritaSange - Pada Hari Sabtu malam pukul 23.00,

“krinnnnggg…kkrrrrriiiiiiinnnnnngggggg…” suara hpku bordering.
“bro, dimana lo?”Tanya temanku dari telepon,
“dirumah bro, kenapa?” jawabku,
“bĂȘte banget nih malem minggu dirumah aja..cabut yuk..” ajaknya,
“cabut kemana? Kayak punya duit aja lo..hahahahha” ledekku,
“aaaahhhh ngehe lo..ayo lah kita ke club..hehehe..” ajaknya,
“wiiiddiiihhh laga lo gembel maenannya club..hahahaha..” ledekku lagi,
“yeee lomau ikut kaga?” tanyanya,
“yaudah gue ikut..” selesai menelpon, kami punberangkat ke club.
Aku dani (22) mendatangi sebuah club dengan temanku, sesampainyadisana kami pun langsung masuk. Didalamnya pun persis dengan bayanganku, banyakwanita berpakaian minim, live music dan Dj, minuman keras dimana-mana.

“Heh,mau ngapain lagi disini?” tanyaku pada temanku,
“terserah lo mau ngapain, asal jangan nyari ribut aja..” jawabnya,
“bingung gue bro..” jawabku,
“alaahhh udah jangan bingung, nikmatin aja..” jawabnya,
“ah gue duduk aja lah..” lalu aku punduduk di bar sambil memperhatikan keadaan sekitar.
Aku lihat ada seorang cewek sexy dengan mengenakan blouse dan bawahan rok mini jeans diatas lutut dan kakinya yang jenjang di selimuti oleh stoking warna hitam sedang sendirian, dantak jarang kami pun saling memandang.

“mantap juga tuh cewe..” sahut temanku,
“hehehe..kenalan donk..” jawabku,
“udah lo embat aja, udah pandang-pandangansama lo, berarti dia minta di temenin..udah lo samperin sana..” dan temanku punmendorongku, lalu aku pun mendekati wanita tersebut.
“hei, sendirian aja nih?”sahutku,
“iya nih lagi gak ada temennya..” jawabnya sambil tersenyum,
“boleh aku temenin? Hehehe” sahutku,
“boleh donk..” jawabnya,
“aku dani..kamu?”sahutku sambil menjulurkan tangan,
“aku tiara..panggil aja tya..” jawabnya sambil tersenyum.
“kamu baru kesini ya?” tanyanya,
“iya, aku baru sekarangkesini..hehehe..” jawabku,
“pantes aku belum pernah lihat kamu sebelumnya..”jawabnya,
“hehehe..kerja dimana?” tanyaku,
“kerja kalo ada jadwal pemotretan aja..” jawabnya,
“waahh berarti kamu model donk? Bisa kali kapan-kapan kamujadi model aku? Hehehe..” gurauku,
“boleh juga..hehehe..” jawabnya.
Lalu akupun mengajaknya turun ke dance floor, tak lama kemudian kami pun hanyut dalamirama music yang menghentak.
“aku pesan minum dulu ya..” sahutku dan tya punmungangguk sambil bergoyang mengikuti music.
Aku pun pergi ke bar untuk memesanminuman, dan ku lihat tiara masih asyik bergoyang. Lalu aku masukan obat tidurke minuman tiara, tak berapa lama kemudian tya pun menghampiriku,


“wwuuhh..capek aku..” sahutnya,
“hehehe..ini minum dulu..” lalu aku berikan minuman pada tiaradan ia pun meminumnya.
“lanjut lagi yuk..” sahutnya,
“boleh yuk..” lalu kamipun turun.
Tiba-tiba saja tya memegang kepalanya,

“kamu kenapa?” tanyaku,
“adduhh gak tau nih..tiba-tiba aja kepalaku sakit..” jawabnya,
“mungki terlalu banyak minum..aku antar kamu pulangaja ya..” sahutku,
“dirumahku gak ada orang..aku takut sendirian..” jawabnya,
“yaudah kerumahku aja ya..” sahutku, dan tya pun mengangguk.
Lalu aku papah tya ke mobilku dan aku bawa kerumahku.
Sesampainya di rumahku, aku bawa tya kekamar tidurku. Mungkinkarena obat tidur yang aku berikan sedikit, jadinya tya pun tidak pingsan danhanya lemas saja.
“kamu istirahat disini dulu ya..hehehe..” kataku, dan tya punhanya mengangguk.
Lalu aku elus-elus rambutnya dan aku buka satu persatukancing blousenya.

“kamu ngapain dan? Jangaann..” sahut tya sambil menepistanganku,
“udah kamu tenang aja..” lalu aku lepas semua kancing blousenya,
“dani..janganmacem-macem” tya pun mulai meronta, lalu aku tindih tubuh tya sambil aku pegangkedua tangannya dan aku mulai cium-cium lehernya,
“aahhh janganndan..toollooonnngggg..” teriak tya karena panic ingin diperkosa.
Lalu aku bekapmulutnya,
“sssttttt jangan macem-macem..aku bisa kasar sama kamu..” lalu akubalikkan tubuh tya dan aku ikat pergelangan tangan, lengan dan payudaranya.
“aaaggghhhjangaaannn daaannn..toolloonnggg..” ronta tya sedikit lemas karena efek dariobat tidur tadi.
Lalu aku ikat frogtied kainya yang dibalut dengan stokinghitam. Lalu aku ambil lakban perak dan aku lakban mulut tya agar tidak teriak.
“mmmppphhhmmmpphhh mmmppphhhh..” erang tya sambil meronta.
Lalu aku cium-cium lehernyadan aku jilat-jilat belakang telinganya. Tya pun menangis pasrah dengantindakanku,

“mmmpphhh mmppphhh mmmppphhh..” erang tya sambil menangis. Lalu akuremas-remas payudaranya sambil terus cium dan jilat lehernya,
“udah gak usahnangis..biar jadi kenang-kenangan, aku potret juga nih..hehehe..” lalu aku punmemotret tya saat aku gerayangi.
Hasratku pun mulai memuncak, lalu aku singkaprok jeans tya dan aku plorotin juga CDnya. Aku mulai elus-elus vagina tya sambil aku remas-remas payudaranya. Aku pilin-pilin klitorisnya sambil aku pilin-pilin putingnya. Aku isep-isep putting tya sambil aku elus vaginanya yang sudah basah. Lalu aku buka celana dan boxerku, lalu perlahan-lahan akuelus-elus vagina tya dengan penisku.

“mmmpphhh mmmmpphhh..” erang tya sambilmenggeleng-gelengkan kepalanya, dan perlahan aku mulai masukkan penisku kevagina tya.
“mmmmmpppphhhhhh mmmmpppphhhhhh..” erang tya,
“kamu nikmatinya..hehehe..” lalu aku mulai genjot-genjot penisku di dalam vaginanya.
“mmmpppphhhmmmppphhh mmmppphhh..” erang tya sambil meronta dan memejamkan matanya,
“mmmpphhhmmpphhh mmmppphhh..” aku gejot terus penisku makin lama makin cepat. Dan tanpadisadari tya pun mulai menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama genjotanku.
Terasa vagina tya menjepit penisku dan tya pun mulai menikmatinya.
“mmmpphhh mmmpphhhmmmpphhhh..” erang tya semaki kencang, dan tak lama kemudian kami pun orgasmebersamaan.
Tya pun terbaring lemas,


“hehehe..enak kan rasanya..” sahutku sambil membuka lakban dimulutnya,
“jahat kamu..kenapa kamu tega perkosa aku?”sahutnya,
“hehehe..habisnya kamu cantik dan sexy sih..bikin aku jadi pengen aja..hehehe..” jawabku,
“dasar brengsek..kamu jahat..lepasin aku..” bentak tya,
“tapi kamu suka kan? Hehehe” tanyaku, tya pun hanya terdiam lalu berteriak. “ttooolloooonngggg..ttoollloooonngggg..”teriak tya kencang, lalu aku ambil chloroform dan sapu tangan di laci meja,lalu aku bekapkan ke mulut dan hidung tya.
“mmmppphhhh mmmpphhh mmmpphhhh..”tya pun mengerang dan meronta,
“ayo hirup baunya..” sahutku sambil terusmembekapnya.
“mmmppphhhh mmmmmppphhhhh mmmmpppphhhh..” tya pun mulai merasa lemas dan akhirnya pingsan.
Pada saat tya pingsan, aku pun memperkosanya lagi untuk yang kedua kalinya.Setelah puas aku perkosa, aku biarkan dulu tya istirahat.
Keesokan harinya, jam 7 pagi, aku pun menonton tv disebelahtya sambil merangkulnya.

“eeegghhhh eemmmhhh..” tya pun siuman dari pingsannya.
“aadduuhhhh v ku sakiitt..” sahutnya, “udah nanti juga gak akan terasa lagi koksakitnya..hehehe..” jawabku,
“jahat kamu, kenapa kamu perkosa aku?” tanyanya,
“kan aku pernah bilang kalo aku mau potret kamu..ini hasilnya..” sambil menunjukan hasil jepretan gambar tya saat aku perkosa.
“tapi aku kan gak tau kalo mau dipotret kaya gitu..tau gitu aku juga gak akan mau..” jawabnya,
“udahlah semuanya juga udah kejadian..hehehe..” jawabku, lalu tya pun cemberut saja.
“ayo donk bergaya..aku mau potret kamu nih..hehehe..” sahutku,
“gak mau..males aku jadi model kamu..” tya pun ngambek,
“ayolah..profesional donk sayang” rayuku,
“gak mau..” tegasnya,
“oo yaudah..berarti kamu lebih milih video kamu lagi diperkosa tersebar diinternet, terutama disitus dewasa..” ancamku,
“iiihhh jangan..”sahutnya,
“kalo gitu pose donk..hehehe..” jawabku, lalu tya pun berpose dalam ikatan.
Aku ganti ikatannya dengan ikatan hogtied dan mulutnya aku sumpal dengan ballgag, aku ambil gambar pose tya yang terikat hogtied dan dari mulutnya menetes air liur yang membuatnya semakin sexy. Selesai pemotretan, aku ambil handycam dan aku letakan di sudut kamar, lalu aku lepas ikatan hogtiednya lalu aku ikat pergelangan kakinya ke sudut-sudut tempat tidur. Dan aku pun mulai menggerayangi tubuh tya.
Kali ini tya pun tidak meronta menolak perlakuanku, mungkin karena posisinya yang tidak berdaya sehingga ia pasrah saja. Aku mulai remas-remas payudara yang kiri dan aku isep-isep payudaranya yang sebelah kanan.
“mmmppphhhhhhh..” erang tya mencoba menikmati isepan demi isepanku di payudaranya.
Aku elus-elus vaginanya dan tya pun memejamkan matanya. Aku lepas ballgag yang menyumpal mulutnya, lalu aku lumat bibirnya.

“mmmuuaaahhh mmuuuaahhh mmuuuaahhh..” tya pun membalasnya
“mmuuaahhhh mmmuuuaaahhh mmmuuuaahhh..” lalu perlahan, aku naik ke atas tya sambil terus melumat bibirnya dan meremas payudaranya.
Lalu aku masukan penisku kedalam vaginannya.
“aaaahhhhh uuummmhhhh mmmmhhhhh..” erang tya saat penisku melesak ke vaginanya.
Lalu akugenjot penisku divaginanya,

“aaaahhhh uuummmhhhh eeeghhhhh..” erang tya, aku genjot vaginanya makin lama semakin kencang.
“aaahhhh ooouuhhhh uuuhhhhh uuuhhhh..” erang tya.
“mmmmhhhhmmmhhhh aaahhhhhh..” tya pun memejamkan matanya merasakan genjotanku,
“uuuuhhhhaaahhhhh aaahhhhhh aaahhhhh..” pinggul tya pun mulai ikut bergoyang
“uuuummmhhhaahhhh aaahhhh aaahhhh…” erangnya, aku percepat genjotanku sampai terasa vagina tya menegang dan akhirnya orgasme.
“aaahhhhhhh mmmmmhhhhh..” genjotanku terasamakin licin karena tya telah orgasme.
Aku genjot vaginannya yang semakin licin dan akhirnya aku pun mencapai puncaknya dan muncrat didalam.


“makasih ya buat semuanya..” bisikku ditelinga tya, tya pun hanya diam saja karena masih terlalu lemas.
“lepasin aku daann..pegel nihh..” pinta tya,
“ayo daann lepasinaammpphhhh mmmmppphhh..” belum selesai tya bicara, langsung aku bekap lagi tya dengan sapu tangan yang sudah aku beri chloroform dan tak berapa lama tya pun pingsan.
Saat tya pingsan, aku lepas semua ikatan di tubuh tya danaku bersihkan vaginanya dari sisa-sisa spermaku. Sejak kejadian itu, tya pun bersedia menjadi modelku untuk objek pemotretan bondage dan kami pun terus mengulanginya selama pemotretan berlangsung.

Kepolosan yang Membuatku Tak Berkutik Ketika Ada Cewe yang Membuatku Sange



CeritaSange - Aku memang terlahir dari keluarga yg bisa dibilang cukup berada. Aku anak laki laki satu-satuya. Dan juga anak terakhir. Dua kakakku perempuan semuanya. Dan jarak umur antara kami cukup jauh juga. Antara lima dan enam tahun. Karena anak bungsu dan juga satu-satunya laki laki, jelas sekali kalo aku sangat dimanja. Apa saja yg aku inginkan, pasti dikabulkan. Seluruh kasih sayg tertumpah padaku.

Dari kecil aku selalu dimanja, sampai besarpun aku terkadang masih suka minta dikeloni. Aku suka kalo tidur sembari memeluk Ibu, Mbak Lisa atau Mbak Indira. Namun aku tak suka kalo dikeloni Bapak. Entah kenapa, mungkin badan Bapak besar dan tangannya ditumbuhi rambut-rambut halus yg cukup lebat.

Padahal Bapak paling sayang padaku. Karena apapun yg aku ingin minta, selalu saja diberikan. Aku memang tumbuh menjadi anak yg manja. Dan sikapku juga terus seperti anak balita, meski umurku sudah cukup dewasa. Pernah aku menangis semalaman dan mengurung diri di dalam kamar hanya karena Mbak Indira menikah. A

ku tak rela Mbak Indira jadi milik orang lain. Aku benci dgn suaminya. Aku benci dgn semua orang yg bahagia melihat Mbak Indira diambil orang lain. Setengah mati Bapak dan Ibu membujuk serta menghiburku. Bahkan Mbak Indira menjanjikan macam-macam agar aku tak terus menangis. Memang tingkahku tak ubahnya seorang anak balita.

Tangisanku baru berhenti setelah Bapak berjanji akan membelikanku motor. Padahal aku sudaH punya mobil. Namun memang sudah lama aku ingin dibelikan motor. Hanya saja Bapak belum bisa membelikannya. Kalo mengingat kejadian itu memang menggelikan sekali. Bahkan aku sampai tertawa sendiri. Habis lucu sih.., Soalnya waktu Mbak Indira menikah, umurku sudah 21 tahun.

Hampir lupa, Saat ini aku masih kuliah. Dan kebetulan sekali aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yg cukup keren. Di kampus, sebenarnya ada seorang perempuan yg perhatiannya padaku begitu besar sekali. Namun aku sama sekali tak tertarik padanya. Dan aku selalu menganggapnya sebagai kawan biasa saja. Padahal banyak kawan-kawanku, terutama yg laki laki bilang kalo perempuan itu menaruh hati padaku.


Sebut saja namanya Lidya. Punya wajab cantik, kulit yg putih seperti kapas, badan yg ramping dan padat berisi serta dada yg membusung dgn ukuran cukup besar. Sebenarnya banyak laki laki yg menaruh hati dan mengharapkan cintanya. Namun Lidya malah menaruh hati padaku.

Sedangkan aku sendiri sama sekali tak peduli, tetap menganggapnya hanya kawan biasa saja. Namun Lidya tampaknya juga tak peduli. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar saja. Bahkan dia sering main ke rumahku, Bapak dan Ibu juga senang dan berharap Lidya bisa jadi kekasihku.

Begitu juga dgn Mbak Lisa, sangat cocok sekali dgn Lidya Namun aku tetap tak tertarik padanya. Apalagi sampai jatuh cinta. Anehnya, hampir semua kawan mengatakan kalo aku sudah pacaran dgn Lidya, Padahal aku merasa tak pernah pacaran dgnnya. Hubunganku dgn Lidya memang akrab sekali, meskipun tak bisa dikatakan berpacaran.

Seperti biasanya, setiap hari Sabtu sore aku selalu mengajak Bobby, anjing pudel kesayganku jalan-jalan mengelilingi Monas. Perlu diketahui, aku memperoleh anjing itu dan Mas Herlambang, suaminya Mbak Indira. Karena pemberiannya itu aku jadi menyukai Mas Herlambang.

Padahal tadinya aku benci sekali, karena menganggap Mas Herlambang telah merebut Mbak Indira dan sisiku. Aku memang mudah sekali disogok. Apalagi oleh sesuatu yg aku sukai. Karena sikap dan tingkah laku sehari-hariku masih, dan aku belum bisa bersikap atau berpikir secara dewasa.

Tanpa diduga sama sekali, aku bertemu dgn Lidya. Namun dia tak sendiri. Lidya bersama Mamanya yg umurnya mungkin sebaya dgn Ibuku. Aku tak canggung lagi, karena memang sudah saling mengenal. Dan aku selalu memanggilnya Tante Amanda.

“Bagus sekali anjingnya..”, piji Tante Amanda.
“Iya, Tante. diberi sama Mas Herlambang”, sahutku bangga.
“Siapa namanya?” tanya Tante Amanda lagi.
“Bobby”, sahutku tetap dgn nada bangga.

Tante Amanda meminjamnya sebentar untuk berjalan-jalan. Karena terus-menerus memuji dan membuatku bangga, dgn hati dipenuhi kebanggaan aku meminjaminya. Sementara Tante Amanda pergi membawa Bobby, aku dan Lidya duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yg menunggang kuda dgn gagah.

Tak banyak yg kami obrolkan, karena Tante Amanda sudah kembali lagi dan memberikan Bobby padaku sembari terus-menerus memuji. Membuat dadaku jadi berbunga dan padat seperti mau meledak. Aku memang paling suka kalo dipuji.

Oh, ya.., Nanti malam kamu datang..”, ujar Tante Amanda sebelum pergi.
“Ke rumah..?”, tanyaku memastikan.
“Iya.”
“Memangnya ada apa?” tanyaku lagi.
“Lidya ulang tahun. Namun nggak mau dirayakan. Katanya cuma mau merayakannya sama kamu”, kata Tante Amanda Iangsung memberitahu.
“Kok Lidya nggak bilang sih..?”, aku mendengus sembari menatap Lidya yg jadi memerah wajahnya. Lidya hanya diam saja.
“Jangan lupa jam tujuh malam, ya..” kata Tante Amanda mengingatkan.
“Iya, Tante”, sahutku.

Dan memang tepat jam tujuh malam aku datang ke rumah Lidya. Suasananya sepi-sepi saja. Tak terlihat ada pesta. Namun aku disambut Lidya yg memakai baju seperti mau pergi ke pesta saja. Tante Amanda dan Oom Joko juga berpakaian seperti mau pesta. Namun tak terlihat ada seorangpun tamu di rumah ini kecuali aku sendiri. Dan memang benar, ternyata Lidya berulang tahun malam ini. Dan hanya kami berempat saja yg merayakannya.

Perlu diketahui kalo Lidya adalah anak tunggal di dalam keluarga ini. Namun Lidya tak manja dan bisa mandiri. Acara ulang tahunnya biasa-biasa saja. Tak ada yg istimewa. Selesai makan malam, Lidya membawaku ke balkon rumahnya yg menghadap langsung ke halaman belakang.


Entah disengaja atau tak, Lidya membiarkan sebelah pahanya tersingkap. Namun aku tak peduli dgn paha yg indah padat dan putih terbuka cukup lebar itu. Bahkan aku tetap tak peduli meskipun Lidya menggeser duduknya hingga hampir merapat dgnku. Keharuman yg tersebar dari badannya tak membuatku bergeming.

Lidya mengambil tanganku dan menggenggamnya. Bahkan dia meremas-remas jari tanganku. Namun aku diam saja, malah menatap wajahnya yg cantik dan begitu dekat sekali dgn wajahku. Begitu dekatnya sehingga aku bisa merasakan kehangatan hembusan napasnya menerpa kulit wajahku. Namun tetap saja aku tak merasakan sesuatu.

Dan tiba-tiba saja Lidya mencium bibirku. Sesaat aku tersentak kaget, tak menygka kalo Lidya akan seberani itu. Aku menatapnya dgn tajam. Namun Lidya malah membalasnya dgn sinar mata yg saat itu sangat sulit ku artikan.

“Kenapa kau menciumku..?” tanyaku polos.
“Aku mencintaimu”, sahut Lidya agak ditekan nada suaranya.
“Cinta..?” aku mendesis tak mengerti.

Entah kenapa Lidya tersenyum. Dia menarik tanganku dan menaruh di atas pahanya yg tersingkap Cukup lebar. Meskipun malam itu Lidya mengenakan rok yg panjang, namun belahannya hampir sampai ke pinggul. Sehingga pahanya jadi terbuka cukup lebar. Aku merasakan betapa halusnya kulit paha perempuan ini. Namun sama sekali aku tak merasakan apa-apa.

Dan sikapku tetap dingin meskipun Lidya sudah melingkarkan tangannya ke leherku. Semakin dekat saja jarak wajah kami. Bahkan badanku dgn badan Lidya sudah hampir tak ada jarak lagi. Kembali Lidya mencium bibirku. Kali ini bukan hanya mengecup, namun dia melumat dan mengulumnya dgn penuhl gairah. Sedangkan aku tetap diam, tak memberikan reaksi apa-apa. Lidya melepaskan pagutannya dan menatapku, Seakan tak percaya kalo aku sama sekali tak bisa apa-apa.

“Kenapa diam saja..?” tanya Lidya merasa kecewa atau menyesal karena telah mencintai laki-laki sepertiku.

Namun tak.., Lidya tak menampakkan kekecewaan atau penyesalan Justru dia mengembangkan senyuman yg begitu indah dan manis sekali. Dia masih melingkarkan tangannya ke leherku. Bahkan dia menekan dadanya yg membusung padat ke dadaku.

Terasa padat dan kenyal dadanya. Seperti ada denyutan yg hangat. Namun aku tak tahu dan sama sekali tak merasakan apa-apa karena polos meskipun Lidya menekan dadanya cukup kuat ke dadaku. Seakan Lidya berusaha untuk membangkitkan gairah kejantananku. Namun sama Sekali aku tak bisa apa-apa. Bahkan dia menekan dadanya yg membusung padat ke dadaku.

“Memangnya aku harus bagaimana?” aku malah balik bertanya.
“Ohh..”, Lidya mengeluh panjang.

Dia seakan baru benar-benar menyadari kalo aku bukan hanya tak pernah pacaran, namun masih sangat polos sekali. Lidya kembali mencium dan melumat bibirku. Namun sebelumnya dia memberitahu kalo aku harus membalasnya dgn cara-cara yg tak pantas untuk disebutkan. Aku coba untuk menuruti keinginannya tanpa ada perasaan apa-apa karena polos.

“Ke kamarku, yuk..”, bisik Lidya mengajak.
“Mau apa ke kamar?”, tanyaku tak mengerti.
“Sudah jangan banyak tanya. Ayo..”, ajak Lidya setengah memaksa.
“Namun apa nanti Mama dan Papa kamu tak marah, Lin?”, tanyaku masih tetap tak mengerti keinginannya.

Lidya tak menyahuti, malah berdiri dan menarik tanganku. Memang aku seperti anak kecil, menurut saja dibawa ke dalam kamar perempuan ini. Bahkan aku tak protes ketika Lidya mengunci pintu kamar dan melepaskan bajuku. Bukan hanya itu saja, dia juga melepaskan celanaku hingga yg tersisa tinggal sepotong celana dalam saja Sedikitpun aku tak merasa malu, karena sudah biasa aku hanya memakai celana dalam saja kalo di rumah.

Lidya memandangi badanku dan kepala sampai ke kaki. Dia tersenyum-senyum. Namun aku yang polos tak tahu apa arti semuanya itu. Lalu dia menuntun dan membawanya ke pembaringan. Lidya mulai menciumi wajah dan leherku. Terasa begitu hangat sekali hembusan napasnya.

“Lidya..”

Aku tersentak ketika Lidya melucuti pakaiannya sendiri, hingga hanya pakaian dalam saja yg tersisa melekat di badannya. Kedua bola mataku sampai membeliak lebar. Untuk pertama kalinya, aku melihat sosok badan sempurna seorang perempuan dalam keadaan tanpa busana. Entah kenapa, tiba-tiba saja dadaku berdebar menggemuruh Dan ada suatu perasaan aneh yg tiba-tiba saja menyelinap di dalam hatiku.

Sesuatu yg sama sekali aku tak tahu apa namanya, Bahkan seumur hidup, belum pernah merasakannya. Debaran di dalam dadaku semakin keras dan menggemuruh saat Lidya memeluk dan menciumi wajah serta leherku. Kehangatan badannya begitu terasa sekali.

Dan aku menurut saja saat dimintanya berbaring. Lidya ikut berbaring di sampingku. Jari-jari tangannya menjalar menjelajahi sekujur badanku. Dan dia tak berhenti menciumi bibir, wajah, leher serta dadaku yg bidang dan sedikit berbulu.

Tergesa-gesa Lidya melepaskan penutup terakhir yg melekat di badannya. sehingga tak ada selembar benangpun yg masih melekat di sana. Saat itu pandangan mataku jadi nanar dan berkunang-kunang. Bahkan kepalaku terasa pening dan berdenyut menatap badan yg polos dan indah itu.

Begitu rapat sekali badannya ke badanku, sehingga aku bisa merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Namun aku masih tetap diam, tak tahu apa yg harus kulakukan. Lidya mengambil tanganku dan menaruh di dadanya yg membusung padat dan kenyal.


Dia membisikkan sesuatu, namun aku tak mengerti dgn permintaannya. Sabar sekali dia menuntun jari-jari tanganku untuk meremas dan memainkan bagian atas dadanya yg berwarna coklat kemerahan. Tiba-tiba saja Lidya. menjambak rambutku, dan membenamkan Wajahku ke dadanya.

Tentu saja aku jadi gelagapan karena tak bisa bernapas. Aku ingin mengangkatnya, namun Lidya malah menekan dan terus membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Saat itu aku merasakan sebelah tangan Lidya menjalar ke bagian bawah perutku.

“Okh..?!”.

Aku tersentak kaget setengah mati, ketika tiba-tiba merasakan jari-jari tangan Limda menyusup masuk ke balik celana dalamku yg tipis, dan..

“Lidya, apa yg kau lakukan..?” tanyaku tak mengerti, sembari mengangkat wajahku dari dadanya.

Lidya tak menjawab. Dia malah tersenyum. Sementara perasaan hatiku semakin tak menentu. Dan aku merasakan kalo bagian badanku yg vital menjadi tegang, keras dan berdenyut serasa hendak meledak. Sedangkan Lidya malah menggenggam dan meremas-remas, membuatku mendesis dan merintih dgn berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Namun aku hanya diam saja, tak tahu apa yg harus kulakukan.

Lidya kembali menghujani wajah, leher dan dadaku yg sedikit berbulu dgn ciuman-ciumannya yg hangat dan penuh gairah membara. Memang Lidya begitu aktif sekali, berusaha merangsang gairahku dgn berbagai macam cara. Berulang kali dia menuntun tanganku ke dadanya yg kini sudan polos.

“Ayo dong, jangan diam saja..”, bisik Lidya disela-sela tarikan napasnya yg memburu.
“Aku.., Apa yg harus kulakukan?” tanyaku tak mengerti.
“Cium dan peluk aku..”, bisik Lidya.

Aku berusaha untuk menuruti semua keinginannya. Namun nampaknya Lidya masih belum puas. Dan dia semakin aktif merangsang gairahku. Sementara bagian bawah badanku semakin menegang serta berdenyut.

Entah berapa kali dia membisikkan kata di telingaku dgn suara tertahan akibat hembusan napasnya yg memburu seperti lokomotif tua. Namun aku sama sekali tak mengerti dgn apa yg d ibisikkannya. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tak tahu apa-apa karena polos. Meski sudah berusaha melakukan apa saja yaang dimintanya.

Sementara itu Lidya sudah menjepit pinggangku dgn sepasang pahanya yg putih mulus. Lidya berada tepat di atas badanku, sehingga aku bisa melihat seluruh lekuk badannya dgn jelas sekali. Entah kenapa tiba-tiba sekujur badanku menggelelar ketika penisku tiba-tiba menyentuh sesuatu yg lembab, hangat, dan agak basah.

Namun tiba-tiba saja Lidya memekik, dan menatap bagian penisku. Seakan-akan dia tak percaya dgn apa yg ada di depan matanya. Sedangkan aku sama sekali tak mengerti. PadahaI waktu itu Lidya sudah dipengaruhi gejolak membara dgn badan polos tanpa sehelai benangpun menempel di badannya.

“Kau..”, desis Lidya terputus suaranya.
“Ada apa, Lin?” tanyaku polos.

“Ohh..”, Lidya mengeluhh panjang sembari menggelimpangkan badannya ke samping. Bahkan dia langsung turun dari pembaringan, dan menyambar pakaiannya yg berserakan di lantai. Sembari memandangiku yg masih terbaring dalam keaadaan polos, Lidya mengenakan lagi pakaiannya. Waktu itu aku melihat ada kekecewaan tersirat di dalam sorot matanya. Namun aku yang polos tak tahu apa yg membuatnya kecewa.

“Ada apa, Lin?”, tanyaku tak mengerti perubahan sikapnya yg begitu tiba-tiba.
“Tak.., tak ada apa-apa, sahut Lidya sembari merapihkan pakaiannya.

Aku bangkit dan duduk di sisi pembaringan. Memandangi Lidya yg sudah rapi berpakaian. Aku memang tak mengerti dgn kekecewannya. Lidya memang pantas kecewa, karena alat kejantananku mendadak saja layu. Padahal tadi Lidya yang merangsang sudah hampir membawaku mendaki ke puncak kenikmatan. END